Sebuah tulisan dari hasil perenungan dan pengalaman pribadi. Semoga bermanfaat.
Ketika diundang ke sebuah acara di sebuah stasiun TV swasta, Ust. Yusuf Mansur mengatakan bahwa masalah kemacetan ketika lebaran yang terjadi setiap tahun disebabkan oleh sifat bangsa Indonesia yang tidak terbiasa pada perencanaan. Namun menurutku tidak hanya mudik dan kehidupan saja yang perlu kita rencanakan, keuangan juga perlu rencana. Banyak contoh yang bisa kita saksikan sendiri. Ada keluarga yang mempunyai penghasilan tetap, beban hidup yang relatif tetap, hidup yang relatif teratur, tapi diikuti dengan utang yang teratur pula. Ada juga keluarga yang penghasilannya pas-pasan, tapi bisa menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang tinggi dan meski terpaksa berhutang, mereka bisa menjalani hidup dengan bahagia. Lagipula wajar bagi keluarga yang seperti ini bila mereka punya utang cukup banyak.
Aku mungkin masih terlalu muda untuk membicarakan mengenai perencanaan keuangan keluarga. Terlebih aku juga belum berkeluarga sehingga akan terkesan menggurui jika aku menulisnya. Meski begitu, sebagai generasi muda yang suatu saat akan berkeluarga juga dan bakal mengatur keuangan keluarga, kita juga bisa berlatih sejak dini.
- CELENGAN
Benda kecil yang sederhana ini terbukti ampuh untuk mengatur keuangan kita. Celengan tidak hanya efektif terhadap anak-anak usia TK dan SD, tapi baik juga diterapkan hingga dewasa. Aku sendiri bahkan masih setia mengisi celengan hingga sekarang duduk di bangku kuliah. Dengan terbiasa engisi celengan, kita akan terbiasa pula untuk menghargai uang, berapapun nilainya.
- PEMBATASAN
Jika dulu ketika aku masih bersekolah atau belum kuliah, uang saku ayah berikan tiap hari. Hal ini dapat menjadikan batasan bagi kita sehingga kita mampu mengatur pengeluaran agar tidak melebihi uang saku kita. Ketika kuliah dan menerima kiriman tiap bulan, kita harus bisa memberi batasan pada diri sendiri. Jika kita mampu mendisiplinkan diri kita sendiri, kita akan terhindar dari penyakit ‘galau finansial’ yang biasa dialami anak kos.
- MENGERTI SIKON
Sebagai anak kos, ada kalanya pengeluaran hanya untuk makan dan ada kalanya pula kira mengeluarkan uang lebih untuk kepentingan lain. Nah, kita harus bisa mengenali dan mengerti kapan waktu-waktu seperti itu tiba. Misalnya detergen, sabun, dan sampo habis setiap dua bulan, beras habis tiap tiga bulan, dan sebagainya. Bila kita sudah bisa mengetahi dan mengerti siklus ini, kita bisa menyiapkan uang lebih dini atau melakukan penghematan lebih.
- SKALA PRIORITAS
Uang saku yang terbatas dan jauhnya jarak kos dengan rumah membuat kita harus pintar mengatur pengeluaran. Dahulukan yang penting untuk ‘kelangsungan hidup’ di rantauan. Hindari kegiatan hedon atau membeli barang-barang yang tidak penting terutama dalam waktu-waktu dengan banyak pengeluaran. Sebisa mungkin jangan terlalu sering makan di luar yang membutuhkan biaya lebih banyak.
Empat poin di atas dapat menjadi pedoman kita dalam merencanakan keuangan. Namun meskipun kita dituntut untuk hemat, dalam beramal dan berbagi kita tidak boleh memikitkan berapa sisa uang kita nanti. Dalam matematika sedekah, yang harus kita pikirkan adalah bakal jadi berapa uang kita nanti. Yakinlah, di saat kita mampu berbagi di engah keterbatasan kita, suatu saat Allah akan menolong kita di saat sulit lewat jalan yang kadang tidak kita duga sebelumnya.
Wonosari, 8 Sept 2011