Saman, Makin Hari Makin Ku Cinta

Sejak terpilih untuk membawakan tari Saman dalam acara Hari Uang di Kementerian Keuangan sekitar 2 bulan yang lalu, makin terasa di benakku bahwa tari Nusantara yang satu ini begitu mempesona. Tari ini membuatku makin kagum akan budaya Indonesia, terutama Aceh, dan membuatku semakin mencintai agamaku, Islam.

Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahwa bumi Aceh begitu kental dengan budaya Islam. Budaya Islam ini juga aku temui di dalam tari Saman.

Sebelumnya aku mau minta maaf jika aku menyinggung masalah agama. Aku hanya mengungkapkan pandanganku tentang tari Saman dari sudut seorang Muslim.

Saman, sebuah tarian yang sederhana, menarik, mengejutkan, dan penuh makna. Dalam menari Saman, barisan penari harus rapat dan lurus dalam satu baris. Hal ini seperti shalat berjamaah di mana kami sebagai makmum harus meluruskan dan merapatkan shaf kami.

Dalam menari Saman, kami juga harus serentak mengikuti aba-aba dan nyanyian yang dibawakan syeikh atau penyanyi dan rapa’i, kami harus satu suara, satu gerakan, satu irama. Begitu pula ketika shalat berjamaah, kami sebagai makmum mengikuti imam, serentak dalam satu suara memuji nama-Nya, satu irama, satu doa.

Lagu-lagu yang dinyanyikan selama tarian–meskipun aku tidak sepenuhnya tau arti tiap katanya–juga berisi pujian-pujian kepada Tuhan serta nasihat-nasihat untuk orang-orang yang mendengar dan memahami artinya. Yah, meskipun ada satu lagu yang terkesan ngegombal yang pernah aku dengar, hehe.

Saman, refleksi masyarakat Islam di mataku. Serentak, tak egois, kuat, bertenaga, toleran, seirama, peduli, bersemangat, kompak, senantiasa bertindak cepat dan tepat, rendah hati, patuh, senyum, dan penuh konsentrasi.

Saman, tari yang begitu mengagumkan. Semoga saja aku bisa lebih memahaminya.

Hoka hoka adek lon hoka

Nyoe pat lon di sampeng gata

Pu beut di sinan wahai adinda

Teungoh lon meu’en seni budaya

I love Saman, I love Aceh, I love Indonesia

^_^

4 thoughts on “Saman, Makin Hari Makin Ku Cinta

  1. Ping-balik: Tari Saman dan Gerakan Sholat « Avant Garde

  2. Ping-balik: Tari Saman dan Gerakan Sholat | djangki

Tinggalkan komentar