LAPAK sayang…

Terima kasih kepada kakak tingkatku, Dian Mustaqim, yang telah berbagi kesempatan untuk beramal dan berbagi ilmu… Terima kasih juga untuk Interaction yang sudah mengizinkanku bergabung bersama kalian… Semoga Allah membalas kebaikan hati kalian…

Waktu itu, tiba-tiba saja mas Dian bertanya, “wik, mau ngajar ga? di lapak, sama anak-anak SD.” “mau mau, kapan?”, jawabku. “rabu sama sabtu, kalau aku yang sabtu. kalau mau, besok bareng aja.” “oke.”

Sabtu, 15 Februari 2011

Kami sudah janjian mau berangkat bareng ke lapak pukul 4. Namun, sungguh sangat disayangkan, penyakit ngantukku kambuh, hingga akhirnya aku ketiduran sampai pukul 5. Parah, aku udah ditinggal sama mas Dian. Lebih ga enak lagi karena tadinya aku udah semangat mau ikutan ngajar di lapak. Eh, malah akhirnya ga jadi ikut gara-gara ketiduran. Akhirnya aku menunggu kesempatan selanjutnya.

Rabu, 19 Februari 2011

Mas Dian ngajak ke lapak lagi. Hari  ini dia ga kuliah, jadi bisa ngajar. Lagian ternyata dia juru kunci, hehe. Kami berangkat dari PNS sekitar pukul 2. Kata mas Dian ntar di lapak ada orang-orang dari yayasan kak Seto juga. Tambah semangat deh..

Sampai di bendungan STAN, ternyata udah ada Habib, temanku di Teater Alir. Ternyata dia juga ikut ngajar, malahan dia termasuk anggota Interaction yang asli, hehe. Kami bertiga kemudian berjalan kaki sama-sama ke lapak.

Seperti yang aku duga, jalan ke lapak sulit diingat. Belak-belok dan (menurutku) cukup jauh juga. Tapi semangat mengalahkan capek yang ku rasa. Hampir sampai di lapak, aku tercengang. Wow, tragis. Di sebelah kiriku ada sungai yang di seberangnya terdapat deretan rumah-rumah mewah sedangkan di sebelah kananku tumpukan sampah dan gubug-gubug sederhana. Oh, kota. Aku benci pada muka duamu. 😦

Sampai di lapak, ternyata adik-adik sudah banyak yang menunggu. Mereka kemudian menyalami kami satu per satu. Senang sekali rasanya melihat adik-adik yang bersemangat seperti mereka.

Aku juga berkenalan dengan kakak-kakak dari yayasan kak Seto. Ada mbak Ayu (yang mirip banget sama mbak Ida, pemandu SLK UNY dulu..), mbak Firda, mbak Aya, dan mas Wahyu (kalau ga salah, hehe). Merekalah yang memulai belajar hari ini. Karena ini masih awal mulai belajar setelah libur semester, kegiatannya hanya main.

Eh, tak lama setelah aku datang, Nurma, temanku, datang menyusul kami. Dia juga freelancer sama sepertiku.

Kami membuat lingkaran besar dan bernyanyi ‘Di sini senang di sana senang‘ beserta gerakannya. Lucu sekali, aku merasa kembali seperti anak kecil. (^_^)

Masih dalam lingkaran, kami bernyanyi ‘Andai ku jadi‘. Kami menirukan gerakan kupu-kupu, gajah, dan ikan kemudian bergoyang-goyang naik turun, hehe. Seneng banget rasanya.

Kegiatan dilanjutkan dengan pertandingan antarkelompok. Adik-adik dibagi (atau lebih tepatnya mengelompok sendiri) menjadi empat kelompok. Mbak Ayu kelompok 1, Mbak Firda kelompok 2, aku dan Nurma kelompok 3, dan mas Dian dan Habib kelompok 4. Mas Wahyu ga ikutan, sedangkan mbak Aya yang memimpin. Kami bermain ‘Lompat Opposite‘. Permainannya adalah kami harus kompak menjalankan perintah pemimpin. Apabila pemimpin mengatakan opposite! berarti kami harus melakukan yang sebaliknya.

Permainan pun dimulai. Setelah berkali-kali lompat kanan kiri maju mundur, kelompok mbak Ayu belum pernah salah, sedangkan kelompok lainnya sudah satu kali salah sehingga kelompok mbak Ayu jadi juara 1.

Tinggallah tiga kelompok yang harus lompat-lompat untuk merebut juara 2 dan 3. Dan akhirnya kelompok mbak Firda harus gugur karena terlalu banyak salah, hehe. Final memperebutkan juara 2 dan 3 ni. Dan ternyata kelompokku harus rela menjadi urutan ke-2 setelah salah seorang adik melakukan kesalahan. Seperti wajarnya anak kecil, pasti yang satu ini jadi sasaran ejekan. Tapi untunglah dapat diselamatkan (lhoh.?!)

Sekitar pukul 4, kegiatan dibubarkan. Waktu itu kalau ga salah Ayu yang memimpin doa. Setelah itu kami pulang ke kos masing-masing.

Sabtu, 22 Februari 2011

Aku mau ke lapak lagi. Namun hari ini aku bukan satu-satunya freelancer. Aku mengajak Ayu Kusuma Dewi, teman kosku, dan mami Novia, teman kelasku.

Pengajar di lapak waktu itu cukup banyak juga. Ada Tika juga. Yang lainnya siapa ya, aku lupa. hehe.

Karena Rabu kemarin udah main-main, hari ini kami mulai belajar serius. Adik-adik dikelompokkan sesuai kelasnya. Karena kami bertiga (aku, Novia, Ayu) masih tergolong baru, ya manut-manut aja. Kemudian mas Dian menugasi Novia mengajar kelas 5, Ayu kelas 4, dan aku dikenalkan pada Debi, adik yang pernah diceritakan mas Dian sebelumnya. Dia kelas satu.

Debi minta belajar tambah-tambahan aja. Oke, aku turutin. Katanya dia pinter berhitung juga, jadi tambah penasaran. Dan ternyata benar, dia jago berhitung. Jadi inget waktu aku kecil dulu deh, hehe. Dan yang bikin dia tambah mirip sama aku, waktu aku tawarin dia buat belajar membaca, dia malah ngambeg ga mau. Akhirnya hari itu kami hanya belajar berhitung dan bermain-main.

Hari-hari berikutnya aku mulai rutin ke lapak tiap hari Rabu dan Sabtu. Pokoknya selama aku bisa, aku sempet, aku berusaha buat ke lapak. Lapak udah bikin aku jatuh cinta. Apalagi kalau inget cita-citaku dulu, ingin jadi guru dan mengajar hingga daerah terpencil di Indonesia, keliling Indonesia untuk mengajar, rasanya lapak adalah salah satu penyalurnya. Di lapak pula aku belajar kesederhanaan, keikhlasan, keteguhan, dan aku juga dapat keceriaan dari adik-adik. Lapak bener-bener jadi obat mujarab buatku, penghilang penat setelah capek kuliah, dan hiburan di waktu luang.

Beruntung sekali aku bisa bergabung di lapak. Meski aku tak bisa jadi guru, aku senang bisa berbagi ilmu pada mereka. Semoga kelak aku bisa bangun yayasan sendiri untuk menampung adik-adik yang kurang beruntung seperti mereka agar dapat bersekolah dengan layak hingga ke jenjang pendidikan yang tinggi sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas dan mampu membangun keluarganya menjadi lebih baik.

Amin,

Tinggalkan komentar